Udara dingin yg kuhirup,
mentahkan sepi,uraikan kerut,
gerakannya menjadi angin,hanyutkan angan,
Disini aku tertegun,pada apa yang alam bawa,
ukirannya terpahat masa kini
dengan kisah bahagia melintas masa,
kakiku tak mau kuajak berlari
seakan mengakar dan menjari,
menembus bumi,melantak batu disela tanah mati
Bumi manusia yg tak terkira dosa dan pahala,
hanya batang dipucuk cemara,bersuit meresap ditelinga,
semua melayang,membayang
dan menantang,
mungkin tak sama kawan
namun aku tak lagi gamang,
sebuah makna yang sama
pada kereta puisi yang berbeda,
berhentilah . .
dan duduk disampingku sang waktu . .
tuturkan kembali sajak alam berlagu,
tentang ada dan tiada,yang mengada dalam khasanah kisah tak sempurna,
meremang di rembang petang bagiku,mungkin tidak bagimu,
hanya hati kita berbicara,
melibas aral . .
menembus fana . .
disetiap ada yang tiada dan mengada pada apa yang ada,
sesaat aku menjadi anak bagi ibu bumi, , ,